Langsung ke konten utama

Pencarian Kebahagiaan Yang Sempurna Melalui Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia

Apakah manusia dapat menggapai kebahagaiaan yang sempurna di dunia ini? Pertanyaan yang mungkin cukup simpel, tetapi memiliki jawaban dan makna yang sungguh luas.

Sedari dulu nenek moyang manusia selalu dan terus menerus mencari kebahagiaan yang sempurna dari seorang manusia itu sendiri, mulai dari awalnya manusia hanya bisa makan dari hasil buruannya, hingga dapat bertani dan dapat sejahtera tanpa harus berhadapan dengan hewan liar lagi, hingga merembet sejalan dengan berkembangnya era industri yang menghadirkan banyaknya bangunan-bangunan dengan asap mengepul diatasnya.


Jika dipikir berdasarkan logika untuk mencapai kebahagiaan yang sempurna maka semua kebutuhan manusia harus terpenuhi.

Berdasarkan teori kebutuan manusia yang dicetuskan oleh Abraham Maslow terbit pertama kali dalam buku penelitian berjudul "A Theory of Human Motivation" (1943) dan buku "Motivation and Personality".

Menurut Hasil riset Abramaham Maslow dalam Hierarki Kebutuhan Maslow (Maslow’s Hierarchy of Needs), kebutuhan manusia berupa piramida bertingkat dan sebelum bisa memuaskan kebutuhan di level berikutnya, kebutuhan di level sebelumnya harus terpenuhi dahulu. Kebutuhan dasar manusia dibagi menjadi 5 kelompok besar.

1. Physiological Needs (Kebutuhan Fisiologis)

Kebutuhan fisiologi merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia, yang meliputi makanan, oksigen, air, tempat tinggal, serta istirahat untuk menjaga kesehatan. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang mempunyai kekuatan dan pengaruh paling besar dari semua kebutuhan.


2. Safety Needs (Kebutuhan akan keamanan)

Safety Needs merupakan kebutuhan kedua setelah yang pertama terpenuhi. Pada kebutuhan tahap kedua ini seorang manusia menginginkan terpenuhinya rasa keamanan. Pada dasarnya kebutuhan rasa aman ini mengarah pada dua bentuk yakni kebutuhan keamanan jiwa dan kebutuhan keamanan harta. Manusia pun akan termotivasi dan melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, misalnya dengan bekerja, menabung, pindah ke lingkungan yang lebih aman, dan lainnya.


3. Social Needs (Kebutuhan kasih sayang dan rasa memiliki)

Social needs adalah kebutuhan ketiga setelah kebutuhan kedua terpenuhi. Pada kebutuhan ini mencakup perasaan seseorang seperti termiliknya cinta, sayang, keluarga yang bahagia dengan suami/istri dan memperoleh anak dari perkawinan yang sah, tergabung dalam organisasi sosial. Kebutuhan sosial disini memperhatikan seseorang yang membutuhkan pengakuan atau penghormatan dari orang lain. Penting bagi manusia untuk merasa dicintai dan diterima oleh orang lain untuk menghindari berbagai masalah, seperti kesepian, depresi, dan kecemasan.


4. Esteem Needs (Kebutuhan untuk dihargai)

Esteem needs adalah kebutuhan keempat setelah kebutuhan ke tiga terpenuhi. Pada kebutuhan ini sesorang mencakup pada keinginan untuk memperoleh harga diri. Harga diri atau respek diri: ini bergantung pada keinginan akan kekuatan, kompetensi, kebebasan, dan kemandirian.

Ia juga berkaitan dengan achievement motivation, dorongan untuk berprestasi. Pada tahap ini seseorang memiliki keinginan kuat untuk memperhatikan prestasinya, serta ingin bahwa prestasi tersebut mendapatkan apresiasi dari orang lain.


5. Self-Actualization Needs (Kebutuhan aktualisasi diri)

Setelah semua kebutuhan di level bawah terpenuhi, puncaknya seseorang akan butuh untuk mengaktualisasikan dirinya. yaitu ia ingin menggunakan potensi dan mengaktualisasikannya dalam bentuk pengembangan diri.

Kondisi ini teraplikasi dalam bentuk pekerjaan yang sudah lebih jauh dari hanya sekedar rutinitas namun pada sisi yang jauh lebih menantang dan penuh dengan kreatifitas tingkat tinggi. Dan karya-karya luar biasa serta merasa sangat patut untuk dihargai orang lain.


Sesungguhnya ketika seorang individu manusia telah memenuhi semua kebutuhan dasarnya, mereka akan merasakan kebahagiaan, tetapi pada akhirnya kita semua akan tersadar bahwa kebahagiaan yang sempurna adalah suatu hal yang tidak mutlak dan sangat amat fana 

Dorong keatas gunung Stok Foto, Dorong keatas gunung Gambar Bebas Royalti |  Depositphotos®

Seperti layaknya kita mendorong batu kearah bukit mungkin ada saatnya masa itu teramat sangat berat untuk dilalui, tetapi ketika kita berhasil melewati bukit dan mendorongnya kearah bawah, semua nya akan terasa ringan dan sangat pantas untuk dinikmati, itulah realita kehidupan, kita akan terus menerus berada di dalam siklus ini, bertahan di masa sulit agar kelak mendapat kepuasan tersendiri ketika berhasil melewatinya, mulai sekarang marilah kita menghargai setiap momen dalam hidup, karena tidak akan ada kebahagiaan tanpa kesengsaraan, the meaning of life.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pseudo Kufic (Pseudo Arabic)

Ini adalah Ilukisan "Sang Perawan dan Sang Anak" karya pelukis Italia, Ugolino di Nerio (1315-1320), yang tersimpan di Musée du Louvre, Paris. Jadi menarik perhatian, karena di kerudung Bunda Maria terdapat kaligrafi Arab, yang bila dibaca dengan teliti berbunyi "LaaillahaIllallah", tiada Tuhan selain Allah, kalimat syahadat pertama dalam agama Islam.   Maka baiklah kita bahas sedikit tentang pengaruh seni rupa Islamik (baca: Arab) kepada seni rupa Eropa (baca: Kristen) selama rentang waktu yang panjang, mulai abad ke-7 sampai abad ke-19. Dari Abad Pertengahan sampai Abad Renaisans. Fenomena ini sebenarnya tidak terlalu aneh di Eropa saat itu, karena pada periode Renaisans khususnya, memang ada kegairahan besar untuk menyerap aneka macam produk kebudayaan non Eropa ke dalam kebudayaan mereka sendiri. Termasuk kebudayaan Arab.   Beberapa seniman Eropa rupanya mengidentikkan kaligrafi Arab dengan atmosfer Tanah Suci Kristen saat itu (Palestina), sehingga mer...

Filosofi Nihilism, Cara Pandangan Hidup Tanpa Makna

Pernah ga sih ngerasa hidup ini kok kayak siklus yang berulang? atau hidup yang gitu-gitu aja tanpa ada makna sedikitpun? Senin bahagia, selasa sedih, rabu bahagia lagi tetapi esoknya sedih kembali, lalu apa sih sebenarnya makna hidup ini?  Gimana sih cara nemuin tujuan hidup ini, tapi apa sebenarnya makna hidup itu benar-benar perlu untuk ditemukan? Mari kita bahas mengenai pandangan yang menganggap bahwa tujuan hidup mungkin untuk dicapai tanpa adanya makna dan nilai-nilai dalam hidup ini, Filosofi Nihilism. Apa Itu Filosofi Nihilism? Nihilism atau nihilisme adalah suatu pandangan hidup/keyakinan yang meyakini bahwa semua nilai-nilai (value) itu tidak berarti. Singkatnya filosofi ini adalah suatu pandangan bahwa sejatinya tidak ada makna/nilai-nilai dalam hidup ini yang berlaku bagi semua manusia, jadi seakan-akan hidup manusia tidak berarti dan tidak memiliki makna. Source picture:  Google Tokoh yang terkenal membawa nihilisme ini adalah Friedrich Nietzsche. Selain Nietzsch...